Alkisah pas hari raya Galungan dan Kuningan, aku full seminggu lebih makan daging babi, karena yang ada di dapur cuma daging babi, jenis masakannya macem-macem tapi bahan dasarnya semua daging babi. Hal itulah yang memicu, wajahku yang baru banget baikan habis pulang dari Lampung, langsung beruntusan lagi, jerawatan lagi, sampai-sampai aku males banget fotoan meski sudah pakai makeup, tekstur gradakannya itu keliahatan banget kan soalnya. Tapi yaa  mau gimana nggak tahan sama godaan, ditambah lagi stress baca berita Covid-19 :'(

Nah, sebenarnya aku punya obat jerawat lain yang menurutku cukup ampuh buat kempesin jerawat, reviewnya bisa kalian baca disini, hanya saja produknya ternyata lagi habis, dan teringatlah aku di laci nyimpen Mineral Botanica Spot Treatment, dari pada nggak ada penanganan sama sekali, akhirnya aku cobalah pakai. And you know guys, saking lamanya aku simpen ini produk, ku baru sadar ternyata expired sekitar 2 bulan lagi :)

Buat kalian yang penasaran, bagaimana reaksi dari Mineral Botanica Spot Treatment ini di kulit aku, yuk langsung baca reviewnya sampai akhir yasss.

Warna packaging produk ini broken white, yang menjadi salah satu ciri khas warna kemasan Mineral Botanica. Bagian untuk mengeluarkan isi produknya, berbentuk corong dengan lubang yang kecil, yang seharusnya design packaging semacam ini bisa dengan mudah kita kontrol saat mengeluarkan isi produknya, sayangnya spot treatment Mica yang aku miliki ini corongnya itu gampang lepas, ditambah lagi tekstur produk yg cair, jadi harus hati-hati banget kalau mau dibawa. By the way, tutupnya tebal, maka dari itu aku bilang, aku yang kurang beruntung dapetin produk yang corongnya gampang lepas.

TEXTURE & SCENT

Seperti yang aku katakan pada bagian packaging, tekturnya sangat cair, ini jauh berbeda dengan obat jerawat yang biasanya aku pakai, yang memiliki tekstur gel. Dan yang membuat aku tidak menyukai produk ini ialah aromanya sangat apek, ada perasaan kurang nyaman waktu digunakan di wajah. Aku juga kurang tau yaa, apa ini karena produknya 2 bulan lagi kadaluarsa, atau memang pas baru diproduksi aromanya sudah seperti ini. Padahal produknya baru aku buka juga.

RESULT ON MY FACE

Hmmm.. ngga ngaruh sihh kayanya, oke aku akui dr hari pertama ke hari kedua, memang sedikit ada perubahan, sperti agak kempes, tapi menurutku meski aku nggak pakai pun juga bisa mendapat hasil yang sama, dan kalian tahu, yang bikin aku benar-benar memutuskan untuk stop pemakaian, ialah di hari kedua malamnya (jadi hitungannya mau ke pemakaian yg ketiga kali) aku melihat jerawat aku yang radang, yang merah-merah itu, warnanya berubah jadi agak gelap, jelas aku kaget banget dong, karena otakku langsung mikir "waduh... bikin berbekas nihh", dan yaaaaa... kita semua tahu lebih susah hilangin bekas jerawat dari pada jerawat yg radang kemerahan doang. Langsung lah tanpa basa-basi ku berhenti pakai :') kalau dilanjut nanti bikin sakit hati.

• Seharusnya ini bisa jadi packaging yang travel friendly, sayangnya aku kebagian yang ujung corongnya gampang lepas
• Harganya masih aman buat kantong
• Teksturnya cair, berwarna putih
• Aromanya apek, ntah karena mau expired atau memang begitu baunya, nggak ngerti.
• Untuk wajahku ini tidak efektif, meski cuma kupakai 2 hari.
• Alasan kenapa aku menghentikan pemakaian setelah 2 hari ialah karena, sepertinya produk ini akan memberi efek timbul bekas jerawat, dan paling ribet kalau berurusan sama bekas jerawat.